Prediski Uang Kripto Bakal Anjlok, Kata Miliarder Pencipta Uang Tersebut

Jakarta Pada pekan ini, mata uang kripto dunia mengalami kehancuran parah. Nilai kripto menyusut hampir 35 persen secara total kapitalisasi hanya dalam waktu sehari. Meskipun ini mengejutkan investor dan pasar, rupanya Vitalik Buterin, miliarder pencipta Ethereum, mengaku jika dirinya sudah memprediksi hal ini akan terjadi.

Dalam wawancara dengan CNN, magnate berusia 27 tahun itu mengatakan bahwa mata uang kripto 'berada dalam gelembung', tetapi sulit untuk memprediksi kapan gelembung itu akan meledak.

"Ini bisa berakhir sekarang. Ini bisa berakhir dalam beberapa bulan," kata Buterin.

Menurut portal khusus mata uang kripto CoinMarketCap, harga Ethereum turun menjadi USD 2.092 di pekan lalu. Ini 41 persen lebih murah dari posisi USD 3.559 sebelumnya. Meskipun, berhasil pulih melebihi USD 2.900 pada hari Kamis, hari ini mata uang kripto tersebut diperdagangkan pada USD 2.283 each dengan tren menurun.

Angka-angka ini masih jauh dari rekor harga sepanjang masa sebesar USD 4.337 yang dicapai pada 12 Mei, menurut information dari Coindesk.

Mengutip Entrepreneur, kejatuhan nilai Ethereum memengaruhi portofolio publik Vitalik Buterin, yang hanya tiga minggu lalu dinobatkan sebagai miliarder termuda di dunia. Akunnya berubah dari USD 1,1 miliar menjadi USD 870 juta dalam satu hari.

Namun, jatuhnya mata uang digital tidak mengejutkan designer berdarah Rusia-Kanada tersebut.

"Kami telah memiliki setidaknya tiga dari gelembung kripto besar ini sejauh ini (...) Dan cukup sering, alasan mengapa gelembung tersebut akhirnya berhenti adalah karena beberapa peristiwa terjadi yang hanya memperjelas bahwa teknologinya belum ada," kata pendiri Ethereum itu.

Saat ini, Ethereum adalah mata uang yang menempati kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, hanya di belakang Bitcoin. Salah satu alasan popularitasnya yang semakin meningkat adalah karena digunakan dalam transaksi NFT atau non-fungible symbols, sebuah sensasi 'kripto' baru.

Runtuhnya mata uang kripto yang tiba-tiba sebenarnya dapat dijelaskan oleh dua peristiwa penting yang terjadi pada minggu lalu. Pertama, pada hari Minggu 16 Mei, Elon Musk menyatakan di Twitter bahwa Tesla tidak akan lagi menerima Bitcoin sebagai pembayaran.

Kedua, pengumuman bahwa China akan melarang transaksi dengan mata uang kripto ke lembaga keuangan negara tersebut. Dua peristiwa besar ini dipercaya menjadi biang keladi dari keruntuhan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berwisata Ala Orang Korea Selatan, Rela Bayar Mahal untuk Duduk Sendiri di Kafe Demi Hilangkan Stress

Seorang Kolektor Barang Antik Membeli Sebuah Mangkuk Seharga Rp 500, Ternyata Artefak Langka Dengan Harga Miliaran Rupiah

Objek Wisata Di Thailand Kota Bangkok Mulai Dibuka Kembali Untuk Turis Asing Mulai 1 November 2021 dan Tanpa Karantina