Bendungan Walahar di Karawang Peninggalan Dari Belanda yang Masih Ada Hingga Sekarang

KarawangKarawang menjadi saksi bagaimana perjalanan panjang kemerdekaan Indonesia diperjuangkan. Meski jarang diketahui, beberapa lokasi di Karawang memiliki nilai historis bagi rakyat Indonesia. Salah satunya, Bendungan Walahar.

Bendungan yang terletak di Walahar, Klari, Karawang, Jawa Barat ini menjadi jejak peninggalan masa penjajahan Belanda. Meski kini sudah berusia hampir 1 abad, Bendungan Walahar tetap kokoh berdiri. Bangunan yang khas dengan arsitektur kuno ini digunakan untuk mengatur debit air sungai Ci Tarum.

Sejak 1925 hingga kini, Bendungan Walahar tak hentinya mengairi sawah-sawah yang berada di Kabupaten Karawang. Tempat ini seolah tak lapuk dimakan usia. Justru semakin berguna kian waktu ke waktu.

Tulisan Bendung Walahar dengan warna merah terpampang di dinding bandungan. Disertai tahun 1925 sebagai tahun pertama kali bendungan ini mulai digunakan. Proyek pembangunan Bendungan Walahar ini dimulai pada tahun 1923 oleh Belanda dengan pengawasan seorang ahli perairan dari Belanda bernama C. Swaan Koopman.

Pembangunan Bendungan Walahar bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan air di wilayah Karawang khususnya bagian utara. Kekurangan air di daerah tersebut mengakibatkan hasil produksi pertanian di Karawang tidak menentu. Dulunya Karawang merupakan produksi padi, julukan Kota Padi juga tersemat pada Karawang.

Pembangunan Bendungan Walahar tidak hanya menggunakan tenaga-tenaga ahli irigasi berasal dari Belanda, akan tetapi proyek Bendungan Walahar ini juga dibangun menggunakan jasa-jasa pribumi sebagai kuli kasar. Hingga akhirnya, Bendungan Walahar mulai dipakai pada tanggal 30 November 1925.

Melintang pada aliran Sungai Ci Tarum, bandungan ini membendung sungai seluas ± 50 meter tersebut. Ya, bendungan ini membagi Sungai Citarum yang difungsikan untuk mengatur debit dan sirkulasi air dalam mengairi areal persawahan di Karawang.

Tempat ini menjadi penyelamat warga Karawang Utara saat musim hujan tiba. Pasalnya, bendungan ini mampu menahan air sungai guna menimalisir terjadinya banjir. Pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah.

Sebagai pengingat, pada dinding di atas jalan masuk terdapat tulisan "Bendung Walahar Kali Tjitarum Mulai Dipakai 30 Nopember 1925 untuk mengairi sawah luas 87.506 ha".

Punya bentuk yang khas, bendungan ini terdiri dari 3 bagian. Bagian bawah dimana sebagai pintu penahan air yang berjumlah 5 pintu. Bagian kedua merupakan jembatan seluas 3 meter, yang menghubungkan Klari dan Anggadita. Bagian terakhir, merupakan ruang mesin untuk mengatur sistem bendungan.

Di jembatan terdapat semacam bangunan terdiri beberapa ruangan. Langit-langit di atas jembatan dengan bentuk lengkung. Dari jembatan, pengendara bisa melihat derasnya air di Bandungan Walahar.

Selain sebagai irigasi, Bendung Walahar sebagai destinasi wisata sejarah. Saat hari mulai aching, beberapa warga kerap menghabiskan waktu di location bendung ini.

Terlepas dari fungsinya, bendungan ini mempunyai nilai historis tersendiri bagi rakyat Indonesia. Tempat ini menjadi jejak Belanda yang masih tersisa di Karawang, Jawa Barat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berwisata Ala Orang Korea Selatan, Rela Bayar Mahal untuk Duduk Sendiri di Kafe Demi Hilangkan Stress

Seorang Kolektor Barang Antik Membeli Sebuah Mangkuk Seharga Rp 500, Ternyata Artefak Langka Dengan Harga Miliaran Rupiah

Objek Wisata Di Thailand Kota Bangkok Mulai Dibuka Kembali Untuk Turis Asing Mulai 1 November 2021 dan Tanpa Karantina